oleh

Jasa AI Ghibli: Kreativitas Baru atau Seni yang Dicuri?

banner 468x60

Jurnalis TV, JakartaBeberapa waktu terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang, termasuk seni dan animasi. Salah satu tren yang mencuri perhatian adalah penggunaan AI untuk menciptakan gambar bergaya Studio Ghibli, yang dikenal dengan karakter visualnya yang unik dan magis. Tren ini memungkinkan pengguna untuk mengubah foto pribadi menjadi gambar ala Ghibli dengan mudah, menggunakan platform seperti ChatGPT, DeepAI, dan MidJourney. Tren ini memang tampak menyenangkan, bahkan kreatif di mata sebagian orang. Namun, dibalik popularitasnya, muncul berbagai kontroversi terkait etika dan hak cipta. 

Tak bisa dipungkiri, kecanggihan AI memberi akses luas bagi siapa saja untuk menciptakan karya visual dengan cepat. Orang yang tak bisa menggambar sekalipun kini bisa menghasilkan gambar bergaya Ghibli hanya dalam hitungan detik, cukup dengan memasukkan prompt dan memilih gaya tertentu.

banner 336x280

Seiring dengan meningkatnya popularitas tren AI Ghibli, muncul pula jasa-jasa yang menawarkan layanan edit foto menjadi gaya Ghibli. Sayangnya, beberapa penyedia jasa ini mengklaim hasil karya AI sebagai karya pribadi mereka, tanpa memberikan kredit kepada teknologi atau seniman asli yang karyanya digunakan untuk melatih model AI. Hal ini menimbulkan pertanyaan etis dan hukum mengenai pelanggaran hak cipta dan keaslian karya seni.

Jasa edit foto animasi Ghibli di X (Dok. Jurnalis TV).
Jasa edit foto animasi Ghibli di X (Dok. Jurnalis TV).

Dari sudut pandang konsumen, teknologi AI menawarkan kemudahan dan aksesibilitas yang belum pernah ada sebelumnya. Konsumen dapat dengan cepat dan mudah mengubah foto mereka menjadi karya seni bergaya Ghibli tanpa memerlukan keterampilan menggambar. Bagi banyak orang, ini adalah cara yang menyenangkan dan kreatif untuk mengekspresikan diri. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa penggunaan AI dapat merendahkan nilai seni dan mengurangi apresiasi terhadap karya seniman asli.

Baca Juga: Antara Moral dan Kemudahan: Pandangan Mahasiswa tentang AI

Di sisi lain, para animator dan seniman yang terlibat dalam pembuatan animasi Ghibli memiliki pandangan yang berbeda. Hayao Miyazaki, salah satu pendiri Studio Ghibli, telah menyuarakan kritik keras terhadap penggunaan AI dalam animasi. Bagi para seniman, karya seni adalah hasil dari proses kreatif yang panjang dan penuh dedikasi, dan penggunaan AI untuk meniru gaya mereka dianggap sebagai bentuk pencurian intelektual.

Animator peraih Oscar Hayao Miyazaki dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Jepang, pada 13 Juli 2015 (AFP/YOSHIKAZU TSUNO).
Animator peraih Oscar Hayao Miyazaki dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Jepang, pada 13 Juli 2015 (AFP/YOSHIKAZU TSUNO).

Wawancara lama Hayao Miyazaki dalam dokumenter NHK Special: The Never-Ending Man Hayao Miyazaki (2016) kembali mencuat ke publik, di mana ia secara terang-terangan mengkritik animasi buatan AI. Saat ditunjukkan demo makhluk merangkak hasil AI, ia merespons dengan keras dan berkata:

Saya benar-benar merasa jijik, saya sangat merasa bahwa ini adalah sebuah penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri.”

Miyazaki dikenal menjaga integritas karyanya dan menolak eksploitasi berlebihan demi komersialitas.

Tren AI Ghibli mencerminkan kemajuan teknologi yang mengubah cara kita menciptakan dan mengapresiasi seni. Namun, penting untuk mempertimbangkan implikasi etis dan hukum dari penggunaan teknologi ini. Apakah AI membawa kreativitas baru atau justru mencuri seni dari para seniman asli? Pertanyaan ini masih menjadi perdebatan yang perlu dijawab seiring dengan perkembangan teknologi dan regulasi yang mengikutinya.

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *