Jurnalis TV, Jakarta – Setiap tahunnya, umat Islam di seluruh dunia memperingati Hari Raya Idul Adha, pada tanggal 10 sampai 13 zulhijah dengan melaksanakan ibadah kurban menyembelih hewan ternak seperti sapi, kambing, atau domba. Namun, lebih dari sekadar ritual penyembelihan, ibadah kurban memiliki makna spiritual dan sosial yang sangat dalam. Di balik darah yang mengalir, tersimpan pesan ketulusan, pengorbanan, dan kepedulian terhadap sesama.
Kata “kurban” berasal dari istilah Arab qaraba yang berarti mendekat. Dalam konteks istilah, kurban dimaknai sebagai upaya untuk menyingkirkan segala hal yang dapat menjadi penghalang dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah kurban tidak semata-mata tentang daging atau jumlah hewan yang disembelih.
Ibadah kurban merupakan simbol ketundukan kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS ketika bersedia mengorbankan putranya, Ismail AS, atas perintah-Nya. Ketika keikhlasan telah tertanam, maka tindakan berkurban menjadi lebih dari sekadar ritual yaitu menjadi bukti nyata keimanan.
Ketika seseorang rela mengeluarkan sebagian hartanya untuk berkurban, itulah bukti bahwa hatinya tidak terikat pada dunia semata. Ketulusan hati tercermin dalam keikhlasan memberi, tanpa pamrih kepada orang lain. Hakikat dari ibadah kurban bukan terletak pada fisik hewan yang disembelih, melainkan pada niat, keikhlasan, dan bentuk kepasrahan diri kepada perintah Allah.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Standar Kesehatan Hewan Kurban Jadi Sorotan
Lebih lanjut, kurban juga mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Daging hasil kurban dibagikan kepada masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu hal ini menjadi wujud kepedulian sesama. Di sinilah ibadah ini menunjukkan sisi sosialnya menumbuhkan solidaritas, empati, dan semangat berbagi. Dalam masyarakat modern yang sering terkotak oleh kesenjangan ekonomi, momen Idul Adha menjadi waktu yang menyatukan berbagai lapisan sosial dalam rasa syukur dan kebersamaan.
Tak hanya itu, kurban juga menjadi refleksi diri. Apakah kita mampu melepaskan egois dan sifat tamak atau kecintaan berlebihan terhadap harta benda demi kebaikan yang lebih besar? Menyisihkan sebagian rezeki yang diberikan Allah SWT kepada hambanya untuk berkurban adalah bentuk latihan spiritual agar hati tidak terikat pada dunia semata, melainkan tertuju pada ridha Ilahi.
Cinta kepada Allah bukan sekadar ungkapan, tapi perlu diwujudkan dalam aksi nyata. Salah satunya adalah lewat berkurban. Ketika kita rela menyisihkan harta, waktu, bahkan kenyamanan demi menjalankan perintah-Nya, itulah yang menjadi bukti cinta sejati kita kepada Allah SWT. Kurban menjadi simbol bahwa cinta kepada Sang Khalik mengalahkan cinta pada dunia. Dalam setiap tetesan darah kurban, ada pesan bahwa kita mencintai Allah
lebih dari apapun.
Ibadah kurban sejatinya bukan hanya soal menyembelih hewan, melainkan menyembelih sifat-sifat negatif dalam diri kesombongan, ketamakan, dan keengganan berbagi. Melalui ibadah ini, umat Islam diajak untuk terus memperkuat rasa ikhlas kepada Allah dan peduli terhadap sesama manusia. Karena pada hakikatnya, kurban bukan tentang apa yang kita lepaskan, tapi tentang seberapa tulus kita memberi. Mari jadikan momentum Idul Adha sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT sekaligus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah
masyarakat atas kepedulian bersama.
Referensi:
1. Baznas (2025, Mei 20). Makna Berkurban dalam Islam, Lebih dari Sekadar Menyembelih
Hewan.
https://baznas.go.id/artikel-show/Makna-Berkurban-dalam-Islam,-Lebih-dari-Sekadar
Menyembelih-Hewan/1438
2. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh (2013, Oktober 9).
Mengimplementasikan Ibadah Qurban dalam Kehidupan.
https://aceh.kemenag.go.id/baca/mengimplementasikan-ibadah-qurban-dalam
kehidupan#:~:text=Kata%20qurban%20itu%20berasal%20dari,diri%20kita%20pada%20
Allah%20SWT.













Komentar