oleh

Raja Ampat, Surga Bawah Laut yang Terancam

banner 468x60

Jurnalis TV, Jakarta – Nama Raja Ampat sejak awal abad ke-21 telah menjadi buah bibir dunia. Gugusan pulau karst di Papua Barat Daya ini menawarkan laut sebening kaca, terumbu karang warna-warni, hingga ribuan spesies ikan tropis. Tak berlebihan bila para ilmuwan menjulukinya sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati laut terbesar di bumi.

Penelitian mencatat, perairan Raja Ampat menjadi rumah bagi lebih dari 1.600 spesies ikan dan sekitar 75 persen spesies karang dunia. Di sini pula enam dari tujuh jenis penyu laut yang terancam punah masih bisa ditemukan. Ekosistem laut itu diperkaya hutan mangrove dan padang lamun, menjadikannya benteng alami yang menjaga keseimbangan bumi.

banner 336x280

Namun di balik keindahan itu, ancaman terus membayangi. Sampah plastik yang terbawa arus kerap menempel di karang, merusak pemandangan sekaligus ekosistem. Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, dari pembuangan limbah hingga praktik pariwisata serampangan, juga menambah tekanan. Jika dibiarkan, kerusakan bisa menjadi luka permanen bagi surga bawah laut ini.

Baca Juga: Hari Peduli Sampah Nasional: Sampah Kita, Tanggung Jawab Kita

Harapan datang dari masyarakat adat setempat. Mereka masih memegang teguh tradisi “sasi laut”, sebuah kearifan lokal yang membatasi pengambilan hasil laut pada waktu tertentu demi menjaga keseimbangan alam. Di beberapa kampung, kelompok perempuan turut aktif mengawasi aturan ini. “Sasi bukan sekadar larangan, tapi cara kami mewariskan laut sehat untuk anak cucu,” ujar salah satu tokoh adat di Distrik Kofiau.

Komunitas lokal juga terlibat dalam ekowisata. Banyak warga membuka homestay ramah lingkungan, mendampingi turis menyelam, hingga mengajak wisatawan ikut menanam mangrove. Standar keberlanjutan ditegakkan: tidak boleh menyentuh karang, tidak boleh membuang sampah sembarangan, dan setiap kunjungan harus berkontribusi pada kas konservasi kampung.

Raja Ampat adalah milik dunia, tapi penjaganya adalah kita. Saat menikmati indahnya laut biru dan ikan tropis yang menari, kita diingatkan bahwa keindahan itu rapuh. Kesadaran sederhana seperti mengurangi plastik sekali pakai, mendukung ekowisata lokal, atau sekadar menyebarkan pesan konservasi bisa jadi kontribusi nyata untuk masa depan Raja Ampat. Sebab ketika lautnya rusak, bukan hanya masyarakat Papua Barat Daya yang kehilangan, tetapi juga kita semua yang kehilangan warisan alam tak ternilai.

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *