oleh

Apakah Kita Sebagai Kaum Islam Boleh Merayakan Hari Valentine?

-Religion-113 Dilihat
banner 468x60

 

(Foto: DariuszSankowski)

 

banner 336x280

Penulis: Iman Mauludin

Berbicara tentang hari Valentine, mungkin sudah tidak asing lagi di dengar oleh telinga kita. Hari yang dirayakan pada setiap tanggal 14 Februari atau biasa disebut dengan hari kasih sayang. Konon latar belakang dirayakannya hari Valentine adalah berawal dari pendeta dari Roma yang bernama Santino Valentinus. Lalu bagaimana hukum merayakan hari Valentine bagi kita kaum islam? Yuk simak penjelasannya berikut ini!

Di Indonesia sendiri, perayaan hari Valentine juga ramai dirayakan oleh setiap pasangan. Seperti quality time dengan pasangan atau sekedar memberi hadiah bisa berupa coklat atau bunga. Namun di Indonesia juga khususnya umat muslim menolak untuk merayakan hari Valentine tersebut. Ada beberapa pendapat tentang hukum atau larangan merayakan hari Valentine.

Dilansir dari CNNIndonesia.com KH Wahyul Afif Al-Ghofiqi menjelaskan Islam tidak memperingati Hari Valentine “Dalam Islam tidak ada ajaran untuk memperingati ataupun merayakan Hari Valentine,” kata Wahyul. Menurut Wahyul dalam islam setiap harinya adalah hari kasih sayang kepada siapa pun tanpa memandang hari.

Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur juga berpendapat dalam fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2017 yang mengharamkan perayaan hari Valentine setiap 14 Februari. Terdapat 3 alasan tentang diharamkannya hari Valentine. Yang pertama adalah, karena hari Valentine bukan merupakan kebudayaan atau tradisi islam, kedua, karena menjurus kepada pergaulan bebas dan bisa juga mengarah ke sex bebas dan ketiga adalah lebih mengarah atau berpotensi kepada keburukan.

MUI Jawa Timur melandasi fatwa tersebut berdasarkan Al-Quran, Hadits dan pendapat Ulama, diantara-Nya Hadits Riwayat Abu Dawud:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Dari Abdullah bin Umar berkata, bersabda Rasulullah Saw: Barang siapa yang menyerupakan diri pada suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (H.R. Abu Dawud, no. 4031).

Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang pentingnya mempertegas jati diri keislaman dengan menunjukkan identitas muslim, yang dengan sendirinya menolak menyerupai identitas agama selain Islam.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴿ ٦٤

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai ahli Kitab! marilah(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak memper
sekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka) “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim”
(Q.S. Ali Imran[3]: 64).

Selain itu, menurut Nahdlatul Ulama (NU) dikutip dari salah satu artikel yang dimuat di situs NUonline oleh Ahmad Naufa Khoirul Faizun, beliau menyebutkan bahwa ada dua cara bagaimana sebaiknya generasi muda Islam menyikapi Hari Valentine yaitu :

1)    Pertama, bahwa generasi muda Islam tidak perlu mengutuk Hari Valentine. Karena ini bukan hanya soal sejarah dan budaya, tapi juga industri. Semakin banyak disebut-sebut, semakin banyak mereka menjual cokelat dan juga akan laris. Jika dikutuk, bahkan dengan fatwa tidak memberikan solusi yang cerdas, melainkan upaya yang sia-sia. Intinya, Hari Valentine hanyalah label dan bungkus.

Kedua, generasi muda Islam harus mampu menciptakan budaya tandingan Valentine Day yang positif, konstruktif dan inspiratif. Misalnya membuat hari kasih sayang dengan kumpul-kumpul budaya, resensi buku, kajian cinta dalam Islam, resensi film, atau hal-hal kekinian dan lainnya. Dengan begitu, kita menyaring paket-paket yang memang dari budaya Barat ke dalam budaya yang secara substansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Intinya menurut Ahmad Naufa Khoirul Faizun, Islam khususnya NU tidak serta merta mengutuk bungkus, namun yang lebih penting dari itu adalah isi dan substansi. Pun demikian Hari Valentine. Jika kemudian santri dan generasi Islam zaman nowmampu mengubah isinya menjadi hal yang positif, inspiratif, konstruktif, bukankah itu lebih hebat dampaknya dari sekadar fatwa? Ujar Ahmad Naufa Khoirul Faizun dalam artikelnya.

Jadi pada intinya, kita sebagai generasi muda islam harus mampu dan bijak menyikapi hari Valentine ini. Karena di islam pun kita diajarkan sebuah kasih sayang kepada sesama muslim atau pun orang lain. Kita sebagai generasi muda harus mampu mengubah isi dari hari Valentine yang berarti hari kasih sayang ini dengan kegiatan positif dan inspiratif. Itu akan lebih hebat dampaknya bagi kita semua.

 

Referensi :

Salah, Memenuhi, Satu Persyaratan, Memperoleh Gelar, and Sarjana Ilmu. Konstruksi Sosial Hari Valentine Bagi Pemuda Muslim, 2020.

https://nu.or.id/opini/valentine-day-yang-islami-why-not-GpNjZ

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210210090148-284-604526/hukum-hari-valentine-menurut-islam#:~:text=%22Dalam%20Islam%20tidak%20ada%20ajaran,Selasa%20(9%2F2).

 

 

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *