oleh

Sikap Anti-Sains di Kalangan Muslim: Memahami Ilmu Sains, Konteks Keselarasan, dan Solusinya

banner 468x60

Jurnalis TV, Tangerang Selatan – Di tengah kemajuan pesat ilmu pengetahuan modern, umat Muslim menghadapi tantangan serius dalam memahami dan menerima sains. Sikap anti-sains yang berkembang di sebagian kalangan Muslim sering kali disebabkan oleh ketidaksesuaian antara pandangan ilmiah dan pemahaman agama yang sempit. Hal ini menciptakan kondisi kritis, di mana keterbukaan terhadap ide-ide baru menjadi terhambat. Padahal, ilmu pengetahuan modern dapat memperkaya perspektif keagamaan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Muslim.

Faktor utama yang mendorong sikap anti-sains ini mencakup pengaruh sosial-budaya, miskonsepsi terhadap agama, hingga keterbatasan akses pendidikan. Kurangnya pemahaman yang kontekstual terhadap ajaran agama membuat sebagian Muslim memandang ilmu sains sebagai sesuatu yang bertentangan dengan keimanan mereka.

banner 336x280

Dalam ajaran Islam, ilmu sains adalah sarana untuk memahami alam semesta sebagai ciptaan Allah. Namun, kemunduran dalam memahami sains di kalangan Muslim disebabkan oleh interpretasi tekstual terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tanpa memperhatikan konteksnya. Hal ini menghasilkan sikap kaku yang membatasi pemahaman.

Muhammad Rihabullah Hambali, Kepala Pondok Pesantren Putri Al-Kenaniyah Jakarta Timur, menegaskan bahwa hubungan antara agama dan sains tidak akan kontradiktif jika keduanya dipelajari secara mendalam. Ia mengungkapkan bahwa bahwa di dalam Al-Qur’an mengandung banyak ayat yang membahas ilmu sains jika dikaji secara mendalam. 

Selain mempelajari ilmu agama, kita juga harus mempelajari ilmu sains agar bisa berkompetisi dengan majunya zaman ini,” ujar Muhammad Rihabullah Hambali selaku Kepala PPP Al Kenaniyah, Jakarta Timur.

Sains memberikan penjelasan atas berbagai fenomena, namun agama mengajarkan bahwa ada hal-hal yang berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan manusia, seperti keberadaan Allah dan kehidupan setelah mati. Dengan demikian, sains dan agama dapat saling melengkapi dalam pencarian kebenaran.

Muhammad Febiandri Satya Ananda, M.Sos., dosen Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Fakultas Syarif Hidayatullah Jakarta, menyebutkan bahwa pengaruh sosial-budaya, kurangnya akses pendidikan, dan miskonsepsi modern memperparah sikap anti-sains ini.

Minimnya literasi tentang tokoh-tokoh pendidikan Islam juga menyebabkan penyebab ilmu pengetahuan sains di kalangan umat Islam,” ujar Muhammad Febiandri Satya Ananda, M.Sos.

Pendidikan berbasis integrasi ilmu menjadi solusi untuk mengatasi tantangan ini. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis. Diskusi terbuka antara ilmuwan dan pemuka agama sangat diperlukan untuk menjembatani kesenjangan antara sains dan agama.

Umat Muslim perlu memahami bahwa sains adalah sarana untuk menggali konteks sebenarnya dalam Al-Qur’an. Sikap anti-sains hanya akan menghambat kemajuan dan mengurangi manfaat ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan dunia dan akhirat. Agama dan sains, jika dipahami secara benar, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dua jalan untuk mengenal dan mengagumi kebesaran Allah yang Maha Pencipta.

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *