oleh

Gen Z Bicara Investasi: Saat Kripto dan NFT Tak Lagi Hanya Tren, tapi Masa Depan!

banner 468x60

Jurnalis TV, Jakarta – Generasi Z dan Milenial kini berada di tengah pesatnya perkembangan aset digital seperti kripto, blockchain, dan non-fungible token (NFT). Aset-aset ini tidak lagi dipandang sebagai tren semata, melainkan telah menjadi bagian dari strategi finansial jangka panjang. Menurut OCBC NISP, NFT telah berkembang menjadi instrumen investasi yang diminati karena keunikan dan potensi nilai jualnya di masa depan.

Fenomena ini berkembang secara global dalam kurun waktu satu dekade terakhir, dan mulai terlihat signifikan di Indonesia dalam lima tahun terakhir seiring meningkatnya literasi digital dan kehadiran platform investasi berbasis teknologi.

banner 336x280

Baca Juga: Gen Z dan Literasi Finansial: Kunci Membangun Masa Depan Stabil Secara Finansial

Kelompok usia muda, terutama generasi Zilenial dan Alfa aktif berinvestasi di platform digital. Di sisi lain, generasi yang lebih tua seperti Baby Boomers dan Gen X menunjukkan sikap yang cenderung skeptis. Banyak di antara mereka yang masih mengandalkan instrumen konvensional seperti emas, deposito, atau properti. Perbedaan pemahaman ini kemudian menciptakan jarak dalam pengambilan keputusan finansial di lingkup keluarga maupun masyarakat luas.

Perbedaan ini mencerminkan adanya jurang pemahaman keuangan antargenerasi. Generasi muda cenderung cepat beradaptasi dengan teknologi dan berani mengambil resiko. Sementara generasi lebih tua memiliki pendekatan yang lebih konservatif terhadap investasi. 

Menurut Dr. Desi Adhariani, pakar akuntansi dan keuangan dari Universitas Indonesia, dalam wawancara dengan Media Indonesia (2024), “Generasi muda lebih eksploratif dalam memilih instrumen keuangan, tapi ini harus diimbangi dengan pemahaman risiko yang matang agar tidak sekedar ikut tren.” Sementara itu, menurut Jurnal Religi Humaniora, sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap aset kripto memiliki unsur spekulatif dan berpotensi menyimpang secara etis, terutama jika tidak disertai pemahaman menyeluruh.

Laporan dari Michigan CFO Associates (2025) menyoroti adanya financial generation gap, yaitu kesenjangan literasi dan strategi keuangan antara generasi muda dan tua. Hal ini tidak hanya berdampak pada pilihan investasi, tetapi juga menciptakan hambatan komunikasi dalam pengelolaan keuangan keluarga. Dosen ekonomi digital Universitas Gadjah Mada, Arif Hidayat, menyatakan dalam forum diskusi Fintech Outlook 2025, bahwa “perbedaan pola pikir ini perlu dijembatani agar tidak menimbulkan konflik finansial dalam keluarga. Ruang dialog harus dibuka dan pendidikan keuangan perlu menyentuh seluruh kelompok usia.”

Penting untuk menciptakan ruang dialog yang mempertemukan berbagai generasi guna menyamakan pemahaman terhadap investasi digital. Edukasi keuangan yang menyeluruh, inklusif, dan relevan dengan perkembangan zaman dibutuhkan untuk memastikan bahwa keputusan finansial dibuat dengan pertimbangan yang matang. Selain itu, pembentukan komunitas edukatif lintas generasi dan kolaborasi dengan lembaga keuangan dapat membantu membangun pemahaman bersama.

Referensi:

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *