oleh

Tradisi Brandu, Malapetaka Kasus Antraks Warga Yogyakarta

-J-News-94 Dilihat
banner 468x60

JTV KPI – Sebuah kasus penyebaran penyakit antraks melanda Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta,  menyebabkan kekhawatiran yang merebak di kalangan warga.  Kasus ini, ditengarai terkait dengan Tradisi Brandu yang dilakukan di Dusun Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Retno Widyastuti menyebut, Brandu adalah sebuah tradisi masyarakat, di mana warga membeli ternak yang mati milik tetangga di desanya.  “Itu (tradisi brandu) membuat kita enggak henti-henti ada antraks,” ujarnya.

banner 336x280

Tradisi ini merupakan bentuk simpati terhadap warga yang mengalami kematian hewan ternak, dengan tujuan meringankan beban mereka. Warga merasa disayangkan jika daging hewan ternak yang mati tidak dimanfaatkan. Namun, tanpa disadari, hewan yang mati tersebut telah terjangkit antraks, yang berkontribusi pada penyebaran penyakit di wilayah tersebut.

Sumber : Merdekacom

Sumber : Merdekacom

DINKES Kabupaten Gunungkidul pertama kali menerima laporan dari salah satu Rumah Sakit tentang adanya kasus antraks pada manusia. Setelah melakukan penyelidikan, ditemukan bahwa seorang warga Jati berusia 73 tahun meninggal dunia akibat terpapar antraks pada tanggal 4 Juni di RSUP Dr Sardjito. Pada kasus ini, seekor sapi mati karena sakit dan ternyata telah terinfeksi antraks tanpa sepengetahuan warga.

Dalam upaya penanganan lebih lanjut, DINKES DIY bersama Dinkes Kabupaten Gunungkidul melakukan pendalaman dan tracking langsung ke lokasi. Hasilnya, sebanyak 125 warga terinfeksi, dengan 85 di antaranya diduga terpapar antraks, dan 3 diantaranya telah dinyatakan positif terjangkit penyakit tersebut.

Retno mengungkapkan bahaya dari penyakit antraks ini. “Itu adalah salah satu hal yang membuat kita terus-menerus mewaspadai keberadaan antraks ini karena saat dipotong, bakteri dalam darah hewan tersebut berubah menjadi spora yang bisa bertahan puluhan tahun,” ungkapnya pada Rabu (5/7).

Sumber: Tirto.Id

Meskipun mayoritas warga tidak menunjukkan gejala yang jelas, beberapa pasien melaporkan adanya gejala seperti diare, luka pada kulit, serta benjolan dan bengkak kecil di tangan. Gejala klinis seperti koreng dan demam menjadi tanda-tanda awal yang mengarahkan para ahli medis untuk mencurigai kasus antraks.

Walaupun Tradisi Brandu dilakukan dengan niat baik untuk membantu warga yang sedang mengalami kesusahan, pihak berwenang menyesalkan bahwa pelaksanaan tradisi ini tanpa kewaspadaan telah membahayakan kesehatan warga setempat. Retno menyayangkan tradisi ini karena dilakukan tanpa kewaspadaan yang cukup, yang pada akhirnya membahayakan kesehatan masyarakat.

“Kalau saya tanya (ke warga) memang tujuannya baik, membantu warga yang kesusahan biar tidak terlampau rugi itu dibagi-bagi, satu paketnya itu Rp 45 ribu. Dijual, uangnya dikumpulkan dikasihkan yang kesusahan,” ujar Retno.

Sumber: Merdekacom

Penyebaran penyakit antraks ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap risiko kesehatan yang dapat muncul dari kegiatan tradisional atau budaya lokal. Edukasi dan peningkatan kesadaran akan bahaya penyakit ini serta langkah-langkah pencegahan perlu dilakukan.

Menyikapi kasus ini, Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, segera berkoordinasi dengan DINKES setempat. Langkah-langkah pengendalian penyakit, termasuk pengobatan, dan pemantauan terhadap warga yang terpapar, akan terus dilakukan untuk meminimalisir dampak yang lebih luas.

Masyarakat diimbau untuk tidak mengonsumsi daging yang berasal dari hewan yang mati karena penyakit serta memahami pentingnya menjaga kebersihan dan kewaspadaan terhadap penyakit zoonosis seperti antraks. Dalam situasi ini, kesadaran dan kerjasama masyarakat sangatlah penting dalam memutus rantai penyebaran penyakit dan menjaga kesehatan bersama.

 

Penulis : Rafadila Fatiha

Editor : Farhan Fadila

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *