oleh

AI Cerdas, Namun Tidak Ada Hati

-J-News, Teknologi-199 Dilihat
banner 468x60

Artificial Intelligence, atau yang biasa kita sebut AI, teknologi kecerdasan buatan yang dirancang sendiri oleh manusia untuk memudahkan aktivitas yang dilakukan. Pada awalnya, kita merasa diuntungkan dengan adanya teknologi ini karena membuat hal yang biasanya manusia harus mengeluarkan usaha besar menjadi lebih terbantu dan meringankan. Sehingga tidak payah-payah mengerjakan sesuatu dari 0 karena AI telah memahami prinsip dasar dari kinerja tersebut.  Namun, semakin hari keberadaan AI menjadi serangan balik terhadap manusia karena mengancam peralihan posisi pada beberapa profesi. Posisi yang biasanya hanya memanfaatkan kinerja manusia bisa teralihkan dengan AI karena dipandang lebih memudahkan dari segi efisiensi waktu, biaya dan tenaga.

Khususnya dalam dunia jurnalistik. AI bisa dengan mudah mengumpulkan, mengolah dan menyusun data menjadi sebuah berita informasi yang dibutuhkan oleh publik. Bahkan baru-baru ini dihebohkan oleh satu stasiun televisi yang menjadikan karakter AI sebagai presenter dalam menyajikan sebuah berita. Karakter AI tersebut bisa dengan baik dan lugas membawakan materi berita selayaknya manusia menjadi seorang presenter. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh AI bisa dibilang cukup luar biasa dalam dunia jurnalistik.

banner 336x280

Namun pertanyaannya, apakah AI bisa dengan menyeluruh mengambil alih profesi kejurnalistikan? Tentu saja jawabannya tidak. Jurnalistik bukan hanya tentang hal mengolah data informasi kemudian disebarkan begitu saja. Perlu diingat bahwa dalam jurnalistik memuat adanya moral kode etik yang tentu saja AI tidak bisa terapkan secara menyeluruh. Profesionalitas, integritas dan sikap independen yang hanya bisa dilakukan oleh manusia dengan menggunakan hati dan pikirannya. Juga dalam jurnalistik butuh adanya kejujuran antara penyaji berita dengan sajian beritanya. Contohnya seperti wartawan yang mengulik informasi dari seorang informan. Tentunya informan butuh wartawan yang bisa dipercaya agar berita yang disebarkan nanti bukan omong kosong atau malah berniat untuk memutarbalikkan sebuah fakta yang ada. Maka supaya tumbuh kepercayaan tadi, perlu adanya komunikasi hati ke hati kepada sesama manusia.

Kesimpulannya, teknologi AI memang dibuat untuk memudahkan kinerja manusia namun tidak bisa serta merta mengandalkan begitu saja teknologi tersebut. Manusia masih bisa hidup berdampingan dengan adanya AI karena fungsinya hanya sebatas meminimalisir adanya human error. Khususnya dalam dunia jurnalistik yang membutuhkan adanya integritas dan moralitas dalam menyajikan sebuah berita.  Hal tersebut merupakan luar kendali dari kinerja AI, dan hanya manusia yang bisa mempertahankannya.

Penulis: Melda Wulandari

Editor: Farhan Fadila

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *