Jurnalis TV, Tangerang Selatan – Dunia beberapa waktu lalu diguncang peristiwa cukup menonjol, yaitu kebakaran hutan besar yang melanda Los Angeles pada Selasa (07/01/2025) di Distrik Pacific Palisades. Peristiwa ini tidak hanya berdampak langsung pada masyarakat lokal, tetapi juga memicu kontroversi pada makna bencana alam dan pernyataan Donald Trump.
Pernyataan Kontroversial Trump
Presiden terpilih AS, Donald Trump, memperingatkan Hamas untuk membebaskan sandera di Gaza sebelum pelantikannya pada 20 Januari 2025 dengan ancaman neraka akan pecah di Timur Tengah. “Jika kesepakatan ini tidak dibuat dengan orang-orang yang mewakili negara kita, sebelum saya menjabat, semua neraka akan pecah di Timur Tengah,” kata Trump dalam konferensi pers di Palm Beach, Florida, Rabu (8/1/2025).
Hal ini menandakan, kemungkinan intervensi militer AS. Saat ini, sekitar 97 sandera Israel masih ditahan oleh Hamas, dengan negosiasi untuk pembebasan mereka sedang berlangsung. Trump menekankan bahwa situasi ini tidak hanya merugikan Hamas tetapi juga semua pihak yang terlibat. Akan tetapi, sebelum janji ini dapat dipenuhi, kekacauan justru melanda Los Angeles.
Perkembangan Kebakaran di Los Angeles
Dilansir dari Al Jazeera, yang mengutip Departemen Pemeriksaan Medis setempat pada Ahad (12/1/25). Kebakaran hutan di Los Angeles menyebabkan 24 orang tewas, termasuk 8 korban di Kebakaran Palisades dan 16 di Kebakaran Eaton. Selain itu, sebanyak 12 orang masih dilaporkan hilang, dengan rincian 4 orang di Palisades dan 8 orang di Eaton. Situasi ini semakin mengkhawatirkan seiring dengan laporan bahwa tidak ada anak-anak di antara mereka yang hilang.
Kebakaran telah menghanguskan 96 km² dan hanya 11% yang dapat diatasi, angka yang mewakili persentase perimeter kebakaran yang mampu dikendalikan oleh petugas pemadam kebakaran.
Kebakaran Eaton Telah menghancurkan 57 km² lahan, petugas pemadam kebakaran memperkuat kontrol menjadi 27%, dibandingkan dengan 15% pada hari sebelumnya.
Di sebelah utara kota, Kebakaran Hurst telah terkendali sebesar 89% dan tiga kebakaran lain yang terjadi di bagian lain wilayah tersebut kini telah terkendali sebesar 100%, kata Departemen Kehutanan dan Konservasi California (Cal Fire), meskipun wilayah-wilayah ini masih termasuk dalam wilayah yang terbakar.
Peristiwa kebakaran besar tersebut telah menghabiskan 14.100 hektar, atau 87 km². Diketahui, sekitar 153.000 orang masih berada di bawah perintah evakuasi dan 166.800 lainnya menghadapi peringatan evakuasi dengan jam malam yang diberlakukan untuk semua zona evakuasi, kata Sheriff Kabupaten Los Angeles Robert Luna.
Faktor Penyebab: Angin Santa Ana dan Kekeringan
Angin Santa Ana melanda Los Angeles dengan kecepatan 60 mph pada Selasa, menurut laporan. Kemudian intensitas angin meningkat menjadi 70 mil per jam pada Rabu (8/1/2025). Kawasan pegunungan ini terbakar, salah satu penyebabnya adalah menurunnya curah hujan sejak Oktober 2024. Hal ini menyebabkan wilayah AS menjadi kering, sehingga terjadi kebakaran hutan. Setidaknya 24 orang kehilangan nyawa karena kebakaran besar tersebut. Lebih dari 200 ribu orang telah diperintahkan untuk mengungsi dari rumah mereka.
Dampak Ekonomi dan Upaya Penanggulangan
Ahli meteorologi swasta AccuWeather memperkirakan kerusakan dan kerugian ekonomi antara $135 dan $150 miliar. Kebakaran telah berlangsung selama enam hari, dan cuaca kering serta angin Santa Ana yang berlanjut berpotensi memperburuk situasi di lapangan. Petugas pemadam kebakaran terus berjuang untuk mengendalikan api dan melindungi masyarakat setempat.
Di samping peristiwa bencana alam LA, serangan udara di Gaza terus berlanjut dan darurat telah diumumkan. Ribuan warga sipil tinggal dalam keadaan kian memburuk, sementara organisasi Internasional banyak menuntut gencatan senjata serta pembukaan akses kemanusiaan. Situasi politik yang kompleks membuat sulit mengupayakan gencatan senjata.
Kontroversi dan Tanggapan Publik
Banyak orang mulai mengaitkan kedua bencana ini dengan pernyataan kontroversial Donald Trump. Ternyata, pernyataannya itu memicu banyak kritik karena dinilai tidak peka terhadap penderitaan orang lain. Sebagian orang percaya kini musibah ini adalah “karma” yang ditimbulkan oleh sikap dan perkataan para pemimpin politik.
Reaksi publik terhadap kedua insiden ini sangatlah berbeda. Beberapa pihak melihat ini sebagai tanda bahwa perkataan dan tindakan kepala negara dan pemerintahan dapat memengaruhi keadaan dunia. Di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa menghubungkan bencana alam dengan politik hanya meningkatkan kesedihan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh para korban.
Kebakaran di Los Angeles dan konflik di Gaza menunjukkan betapa rentannya manusia terhadap bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun aktivitas manusia.
Komentar