Jurnalis TV, Jakarta – Saat bulan Ramadhan tiba, ibadah tarawih selalu menjadi perbincangan menarik di kalangan umat Islam, tak terkecuali umat Islam di Indonesia. Salah satu topik yang sering dibahas adalah perbedaan jumlah rakaat dalam pelaksanaan tarawih. Ada yang berpendapat bahwa tarawih 8 rakaat lebih baik karena lebih khusyuk, sementara yang lainnya lebih memilih tarawih 20 rakaat yang lebih banyak dilakukan di masjid-masjid. Lantas, mana yang lebih utama?
Di Indonesia, masjid-masjid memiliki perbedaan terkait jumlah rakaat tarawih. Beberapa masjid memilih untuk melaksanakan tarawih 8 rakaat dengan bacaan yang lebih panjang dan lebih lambat, sementara masjid lainnya mengadakan tarawih 20 rakaat dengan tempo yang lebih cepat. Perbedaan ini mencerminkan beragamnya pemahaman dan tradisi dalam beribadah.
Baca Juga: Masjid An-Noor: Keanggunan Arsitektur Minimalis yang Memukau di Ciputat
Ramzi, seorang remaja yang aktif di masjid setempat, memberikan pandangannya mengenai perbedaan antara tarawih 8 rakaat dan 20 rakaat.
“Rasulullah sendiri sebenarnya tarawihnya 8 rakaat, cuman ya Mazhab Syafi’i itu tarawihnya 23 rakaat. Tapi kembali lagi, ketika Mazhab Syafi’i itu 23 rakaat, tidak mengejar waktu,” ujarnya.
Pernyataan ini memberikan pemahaman bahwa jumlah rakaat yang dilakukan tidak selalu menjadi fokus utama, melainkan bagaimana pelaksanaannya dilakukan dengan tuma’ninah agar ibadah tarawih menjadi khusyuk.
Tuma’ninah adalah aspek yang sangat penting dalam shalat. Dengan melaksanakan tarawih 8 rakaat, Ramzi merasa bahwa ia dapat lebih fokus, tenang, dan lebih mendalami ibadah tersebut tanpa terburu-buru. Hal ini juga sudah dijelaskan oleh Rasul yang tertuang dalam hadis berikut:
“ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ”
“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Selain pandangan dari Ramzi, Pak Irfan, seorang warga setempat, juga memberikan pendapatnya mengenai perbedaan jumlah rakaat dalam tarawih. Menurutnya, baik tarawih 8 lambat rakaat maupun 20 rakaat cepat tetap bisa dijalankan secara khusyuk.
“Kalau saya boleh memilih sih dua-dua nya ya, dua-dua nya dalam artian, 23 (rakaat) dan khusyuk. Saya kira 23 bisa khusyuk kok,” ujarnya.
Pak Irfan berpendapat bahwa jumlah rakaat yang banyak, bukanlah alasan untuk tidak khusyuk dalam pelaksanaan ibadah tarawih.
Dari pandangan Ramzi dan Pak Irfan, kita dapat melihat bahwa jumlah rakaat dalam pelaksanaan tarawih bukanlah faktor utama dalam menilai kualitas ibadah. Baik tarawih 8 rakaat maupun 20 rakaat, keduanya dapat dilaksanakan dengan khusyuk jika dilakukan dengan niat yang ikhlas.
Pada akhirnya, yang paling utama dalam melaksanakan tarawih adalah kualitas ibadah, bukan sekadar jumlah rakaat. Rasulullah SAW tidak mengatur jumlah rakaat secara tegas, tetapi menekankan pada kualitas ibadah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas dan penuh khusyuk.
Komentar