Jurnalis TV, Jakarta – Misteri hilangnya dua pemuda sejak kerusuhan Agustus lalu akhirnya terungkap. Kepolisian memastikan dua kerangka manusia yang ditemukan di Gedung Astra Credit Companies (ACC), Kwitang, Jakarta Pusat, adalah Muhammad Farhan Hamid dan Reno Syahputra Dewo. Hasil tes DNA yang diumumkan pada Jumat, 7 November 2025, menutup penantian panjang dua keluarga yang selama berbulan-bulan mencari kabar tanpa kepastian.
Penemuan dua kerangka itu bermula pada 30 Oktober 2025, saat tim teknis dari PT Qies Nusantara Konsultan tengah memeriksa konstruksi gedung ACC yang rusak akibat kebakaran. Di antara reruntuhan plafon lantai dua, mereka menemukan sisa jasad manusia yang telah hangus terbakar. Temuan tersebut segera dilaporkan ke Polsek Senen, dan tak lama kemudian, tim Inafis Polres Metro Jakarta Pusat bersama unit forensik RS Polri Kramat Jati turun melakukan olah tempat kejadian perkara.
Gedung ACC sendiri menjadi salah satu titik panas dalam kerusuhan 2 September 2025, ketika demonstrasi di depan Markas Brimob Kwitang berujung bentrokan dan pembakaran sejumlah fasilitas. Dalam peristiwa itu, Farhan dan Reno dilaporkan hilang. Nama keduanya sempat masuk dalam daftar Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), bersama 44 orang lain yang juga sempat dilaporkan hilang di berbagai daerah. Namun hingga awal Oktober, hanya tiga nama yang masih belum ditemukan: Farhan, Reno, dan Bima Permana Putra.
Baca Juga: Kejanggalan Demo 25 dan 28 Agustus: Spontanitas Publik atau Gerakan yang Diskenariokan?
Dikutip dari Tempo, Polisi sempat menyatakan masih terus melakukan pencarian.
“Tim gabungan masih bekerja. Mohon doa dan dukungan masyarakat,” ujar Brigadir Jenderal Ade Ary Syam Indradi, Kabid Humas Polda Metro Jaya, kala itu.
Namun, waktu berjalan tanpa kabar, hingga akhirnya, penemuan kerangka di Kwitang menjadi titik terang yang membawa duka.
Dikutip dari Liputan6 hasil uji forensik mengonfirmasi keduanya melalui pencocokan post mortem dan ante mortem yakni data medis sebelum dan sesudah kematian.
“Post mortem cocok dengan ante mortem, sehingga teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid,” kata Brigadir Jenderal Sumy Hastry Purwanti, Kepala Biro Labdokkes Polri, dalam konferensi pers di RS Polri Kramat Jati, Jumat (7/11).
Kedua korban ditemukan dalam kondisi tidak utuh, hangus terbakar, dan diperkirakan meninggal lebih dari satu bulan sebelum pemeriksaan dilakukan. Meski sulit dikenali secara fisik, teknologi DNA dan odontologi forensik membantu memastikan identitas mereka.
Dikutip dari Tempo Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyampaikan apresiasi atas langkah cepat kepolisian dalam proses identifikasi ini.
“Kami bisa memastikan dua orang yang selama ini dinyatakan hilang telah ditemukan. Dengan demikian, jumlah korban meninggal akibat kerusuhan bertambah menjadi sebelas orang,” ujar Saurlin Siagian, Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM.
Saurlin menambahkan, Komnas HAM akan menyusun laporan khusus mengenai temuan ini, dengan fokus pada proses identifikasi dan penggunaan metodologi ilmiah oleh Labdokkes Polri. “Kami akan rampungkan laporan akhir tahun ini,” ujarnya.
Namun di balik kepastian forensik, masih tersisa tanda tanya besar tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Farhan dan Reno di malam kerusuhan itu. Apakah mereka korban situasi chaos, atau ada faktor lain di balik kematian mereka? Pertanyaan itu masih menggantung, menanti jawaban dari penyelidikan yang lebih mendalam.
Bagi keluarga, kabar ini menutup satu bab dari penantian panjang meski bukan dengan akhir yang diharapkan. Farhan dan Reno akhirnya “pulang”, tapi dalam bentuk yang tak lagi sama.













Komentar