Jurnalis TV, Jakarta – Wacana kenaikan tarif TransJakarta tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan warga Ibu Kota. Di tengah padatnya ritme aktivitas Jakarta, bus berwarna biru langit itu telah menjadi tumpuan banyak orang mulai dari pekerja kantoran hingga mahasiswa yang menempuh rutinitas harian. Rencana kenaikan tarif TransJakarta ini masih dalam tahap kajian oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo pada Rabu, 29 Oktober 2025. Saat ini tarif TransJakarta masih berada di angka Rp3.500 per perjalanan, namun ada rencana kenaikan menjadi Rp5.000- Rp7.000. kebijakan ini belum diputuskan secara resmi. namun, sudah mendapat banyak reaksi dari sebagian masyarakat serta mahasiswa yang setiap harinya menggunakan transportasi umum ini.
Syifa, seorang mahasiswi di Jakarta yang setiap hari menggunakan TransJakarta, mengaku cukup terkejut mendengar kabar tersebut.“Pastinya aku kaget banget dengar tarif mau naik. Tapi kalau dipikir lagi, sebenarnya TransJakarta itu dari dulu memang sudah murah. Jadi meskipun sempat kaget, aku tetap dukung aja. Harapannya, dengan tarif naik, pemerintah bisa lebih aware sama layanan TransJakarta,” ujarnya.
Syifa menambahkan, ia berharap kenaikan tarif dapat diimbangi dengan peningkatan kualitas layanan dan perawatan armada. “Kadang kalau nunggu tuh lama banget, terus pas bus datang harus berebutan dan penuh. Kebersihannya juga semoga lebih dijaga,” tambahnya.
Sementara itu, Farhan, mahasiswa asal Bekasi, menilai bahwa TransJakarta masih menjadi moda transportasi paling efisien dibanding pilihan lain. “Menurut saya, transportasi umum yang paling worth it itu TransJakarta. Karena rumah saya di Bekasi, dan TransJakarta itu menjangkau sampai ke sana, jadi bisa meminimalisir pengeluaran dibanding naik ojol atau angkot,” katanya.
Baca Juga: Rute Baru TransJakarta Blok M–PIK: Transportasi Publik Masuk Kawasan Elit
Farhan juga berharap sistem pembayaran dibuat lebih efisien. “Misal tarifnya benar-benar jadi 5 ribu, bisa dijadikan satu kali tap-in aja, jadi lebih efisien,” usulnya.
Dari kalangan masyarakat umum, Ridwan, selaku pengguna aktif TransJakarta lainnya, juga mengaku memahami alasan penyesuaian tarif, namun menekankan pentingnya peningkatan frekuensi kedatangan bus. “Jujur kaget banget, sumpah. Soalnya saya merasa terbebani, apalagi selain biaya transportasi, masih banyak pengeluaran lain,” ungkapnya.
Meski begitu, Ridwan tetap memilih TransJakarta karena kenyamanan dan efisiensinya. “Saya tetap pilih TJ karena murah dan tinggal duduk aja. Tapi saya harap unitnya diperbanyak dan waktu kedatangan bus (headway) bisa dipercepat, misalnya dari 10 menit jadi 5 menit,” ujarnya. Ia juga mengusulkan adanya kanal pengaduan khusus bagi pengguna aktif agar suara masyarakat bisa lebih mudah tersampaikan ke pengelola.
Senada dengan itu, Siti, pengguna lainnya, mengungkapkan bahwa alasan utama masyarakat memilih TransJakarta adalah karena tarifnya yang terjangkau dan aksesnya yang mudah. “Selama ini TransJakarta jadi pilihan karena harganya murah, busnya bersih, pelayanannya ramah, dan gampang banget buat nyambung ke transportasi lain,” tuturnya.
Ia berharap bila tarif benar-benar naik, peningkatan fasilitas publik di halte juga menjadi perhatian. “Misalnya kamar mandi dan musholanya diperbaiki. Karena kita juga butuh tempat yang bersih dan layak,” katanya. Siti juga menekankan pentingnya kebijakan yang berpihak pada pelajar. “Kalau bisa ada tarif khusus untuk pelajar, soalnya kan belum punya penghasilan tetap dan masih bergantung pada orang tua,” tambahnya.
Beragam tanggapan dari pengguna TransJakarta menunjukkan bahwa masyarakat tidak sepenuhnya menolak rencana kenaikan tarif, namun mereka berharap langkah tersebut diiringi dengan peningkatan nyata pada kualitas layanan. Mulai dari penambahan armada, kebersihan bus dan halte, hingga ketepatan waktu keberangkatan. Kenaikan tarif mungkin tak terhindarkan, tetapi harapan utamanya tetap sama agar setiap penumpang merasa bahwa kenaikan harga sepadan dengan peningkatan kenyamanan yang mereka rasakan.
Komentar